Senin, 06 Oktober 2014

SEJARAH ANGKATAN PERANG MODERN MILIK INDONESIA DI MASA PENJAJAHAN

Poster Propaganda KNIL
(Dokumentasi: Istimewa)
Dalam rangka memperingati Hari dibentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang lahir pada 5 Oktober 1945 .  Dan sebelum TNI masih ada kesatuan tentara lain yang merupakan awal dari terciptanya angkatan perang yang modern sekarang ini dimiliki Indonesia. Pasca kemerdekaan, Indonesia memiliki banyak pribumi yang telah menguasai ilmu-ilmu kemiliteran. Contohnya seperti A.H Nasution, Urip Sumaharjo, Gatot Subroto, hingga Panglima Besar Jenderal Sudirman. Secara umum TNI awal diisi oleh eks-anggota tentara KNIL yang di didik pada masa Hindia Belanda. Dan eks-anggota PETA dan HEIHO didikan pendudukan militer Jepang.
Banyaknya pribumi yang memiliki ilmu militer tak lepas juga dari adanya politik etis, yang memperbolehkan pribumi mengenyam pendidikan pada awal abad 2. Termasuk pendidikan militer untuk selanjutnya direkrut dalam dinas ketentaraan. Meskipun awalnya tujuan merekrut pribumi dalam kemiliteran untuk meminimalkan biaya apabila mendatangkan langsung dari eropa, dan sebagai strategi pecah belah Devide et Empra. 
Berikut penulis bahas pendidikan militer pada masa Hindia Belanda, mulai dari sejarah singkat terbentuknya KNIL, cara perekrutan, hingga institusi pendidikan militer. Tulisan ini berdasarkan tugas akhir yang penulis buat dalam bentuk Pape/Makalah dan tentu saja dengan sumber pustaka yang valid.

  1. Sejarah Terbentuknya Koninklijk Nederlansche Indische Leger (KNIL)
Tentara KNIL. (Dokumentasi: didaktika.unj.ac.id)

Keberadaan masyarakat pribumi Indonesia dalam bagian ketentaraan Kerajaan Belanda sebenarnya sudah ada sejak masa VOC. Jika dirunut lebih jauh, bisa dibuktikan dengan munculnya nama-nama seperti Untung Surapati, Kapitan Yonker, Zakarias-Bintang, Aru Palaka, dan lain-lain dalam ekspedisi VOC di Jawa maupun luar Jawa[1]. Sebelum tahun 1830 saat KNIL belum dibentuk dan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sedang menghadapi perlawan Pangeran Diponegoro pelibatan pasukan dari unsur pribumi pun semakin terasa. 
Selama Perang Diponegoro berlangsung dari tahun 1825-1830, dikenal lah dengan istilah pasukan Hulptroepen yang berarti pasukan bantuan Belanda. Pasukan ini didapatkan dari Raja-Raja di seluruh Nusantara yang Pro-Belanda dengan cara disewa. Pemerintah Hindia Belanda pernah meminta bantuan pasukan diantaranya dari Raja-Raja berikut; Madura sebanyak 4000 orang, Menado 1280 orang, Buton 700 orang, Tidore 285 orang, Yogyakarta dan Surakarta juga dimintai bantuan tapi tidak diketahui pasti jumlahnya[2].
Meskipun Hindia Belanda menang dalam Perang Diponegoro 1925-1930, namun tidak dapat dipungkiri bahwa Hindia Belanda menerima kerugian yang amat besar. Menghabiskan banyak biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Dalam perang itu Hindia Belanda masih menggunakan tentara Kerajaan Belanda yang didatangkan dari Eropa. Hal ini menandakan bahwa Hindia Belanda sebenarnya tidak siap bila secara tiba-tiba harus menghadapi perlawanan lokal. Bila tidak dibantu dengan Hulptroepen dan tipu muslihat Hindia Belanda kepada Pangeran Diponegoro, mungkin sejarahnya akan berbeda. Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu Van Den Bosch terinsyafi dan sadar perlunya dibentuk sebuah pasukan baru di Hindia Belanda yang lebih modern, terorganisir, dan terstruktur. Lagipula mendatangkan pasukan Belanda langsung dari Eropa butuh biaya yang sangat besar.
Pada 4 Desember 1830 Gubernur Jenderal Van Den Bosch mengeluarkanAlgemen Orders voor het Nederlandschr Oost Indische Leger, sebuah keputusan yang menegaskan pembentukan sebuah tentara baru di Hindia Belanda[3]. Dari tahun 1830 tentara Hindia Belanda ini masih dinamai Oos Indische Leger, kemudian atas saran Raja Willem I tentara ini diberi status sebagaiKoninklijk Leger atau tentara kerajaan pada tahun 1836. Sehingga nama tentara tersebut berubah menjadi Koninklijk Nederlandsche Indische Leger (KNIL).
Komando Tertinggi Tentara Hindia Belanda (KNIL) dipegang oleh Gubernur Jenderal. Dibawahnya dipimpin oleh seorang Komandan Angkatan Darat sebagai Kepala Departemen Peperangan. Selain itu KNIL juga memiliki beberapa Dinas seperti Hoofdbereau & Dienst (Kantor Pusat dan Biro), Kavaleri, Zeni, Artileri, Infanteri, Jawatan Penerbangan, Bagian Intendan,Dienstplicht (kantor urusan personel cadangan), Kedokteran Hewan Militer, Administrasi Umum, Militarie Geneeskundigen Dienst (Dinas Kesehatan Militer), Topographischen (Dinas Topografi), dan masih dilengkapi pula dengan biro penarangan dan sejarah KNIL[4].


2.  Komposisi dan Perekrutan Tentara KNIL


Poster rekrutmen KNIL. (Dokumentasi Istimewa)

Tidak jauh berbeda dengan politik pemerintahan Hindia Belanda yang menerapkan Devide et Empera atau sering dikenal politik pecah belah, dalam tubuh KNIL juga demikian. Dalam ketentaraan KNIL yang merupakan multiras tergabung berbagai etnik, yang sistem pengelompokkannya bersifat kolonialistis dan diskriminatif[5]. Meskipun pribumi diperbolehkan menjadi tentara KNIL, tapi tentu saja tidak ada prioritas pribumi menduduki jabatan Bintara dan Perwira. Setelah perang Diponegoro, Golongan Eropa memiliki 307 perwira dengan 5699 bintara dan prajurit sedangkan Golongan Pribumi hanya 37 Perwira dan 7.206 bintara dan prajurit[6]. Diketahui pula dalam tubuh KNIL terdapat serdadu berkebangsaan lain (Non Belanda/Hindia Belanda/Non Pribumi), yakni yang didatangkan dari Ghana dan beberapa negara-negara Eropa.
Diskriminasi dalam tubuh KNIL sengaja diciptakan oleh Hindia Belanda. Yang menarik, gaji atau bayaran yang diterima tentara KNIL bukanlah berdasarkan kepangkatan atau keahlian, namun berdasarkan kesetiaan dan loyalitas kepada Hindia Belanda dan tentunya dengan Kerajaan Belanda sendiri. Jumlah pribumi dalam kedinasan di KNIL sebanyak 71% dari total 33.000 personel kekuatan Tentara Hindia Belanda tersebut. Beberapa suku pribumi yang jumlahnya hingga ribuan, yangbergabung dalam tubuh KNIL adalah Jawa, Ambon, dan Manado. Serdadu Jawa menyumbang bagian terbesar hingga 13.000 orang. Diskriminasi terlihat dari sistem pengupaha. Dengan urutan sebagai berikut dari tertinggi hingga ke paling rendah; Tentara Golongan Eropa, Ambon, Manado, Jawa.
Orang-orang Ambon dan Manado mendapatkan fasilitas lebih di KNIL. Contohnya apabila orang Ambon mendapat medali atau bintang jasa, maka ia akan mendapatkan uang tambahan sebesar 10.19 Gulden, sedangkan orang dari Jawa (termasuk Sunda) hanya 6.39 Gulden[7]. Contoh lain juga dalam hal fasilitas seperti uang saki, makanan, bantuan kesehatan, dan fasilitas diatas kapal/kendaraa. orang Ambon dan Manado akan duduk dan mendapatkan fasilitas kelas satu, sementara orang Jawa harus puas di kelas ekonomi saja. Bahkan, sebelum tahun 1905 orang-orang Jawa di KNIL tidak diberikan sepatu.
Terdapat 4 cara perekrutan tentara KNIL. Pertama, direkrut langsung dan didatangkan dari Eropa dan wilayah koloni Belanda. Kedua, mendaftarkan diri. Ketiga, mengambil pemuda-pemuda di desa yang bekerja sama dengan kepala desa atau lurah setempat. Keempat, meminjam bantuan prajurit dari Raja-Raja lokal. Adapun pasukan bantuan yang diambil dari raja-raja lokal ini contohnya seperi Legiun Mangkunegaran dan Barisan Madura. Bahkan Legiun Mangkunegaran diketahui ikut dalam ekspedisi menaklukkan Aceh[8]. Mereka akan diterjunkan dalam peperangan yang besar bersama prajurit KNIL regular lainnya, namun  justru Raja lokal tersebutlah yang berkewajiban membayar gaji pasukan yang biasa disebut pasukan keraton itu[9].


3. Institusi Pendidikan Militer Masa Hindia Belanda

Unit Infanteri KNIL (Dokumentasi: kaskus.co.id)

a.      Langverband School dan Kortverband School
Untuk dapat diterima sebagai tentara KNIL non-perwira, tersedia dua jenis yang dibedakan berdasarkan lama ikatan dinas. YakniLangverband yang artinya ikatan dinas panjang, dan Kortverbandatau ikatan dinas pendek.
Untuk dapat diterima di Langverband, ialah mereka yang dari kelas tiga sekolah dasar, malahan ada juga yang sama sekali belum sekolah. Pelatihan dan pendidikannya diadakan di Depo Purworejo. Mereka yang lulus mendapatkan pangkat sebagai Sparndig (Prajurit). Dari Langverband bisa masuk atau akan ditempatkan pada unit-unit Batalyon KNIL di seluruh Indonesia. Namun meskipun begitu paling tidak baru 10 tahun bisa menjadi Kopral. Dan apabila sudah menjadi Kopral selama 5 tahun barulah bisa ujian lagi untuk menjadi Sersan.[10]
Sementara itu Kortverband minimal harus lulusan HIS. Pendidikan dan pelatihannya di Gombong, Kebumen, selama 3 tahun. LulusanKortverband juga tak ubahnya seperti Langverband yang akan mendapatkan pangkat Prajurit dan masuk Batalyon apabila telah selesai menempuh pendidikan. Bedanya, lulusan Kortverband bisa langsung terus mengikuti Kader School untuk menjadi kopral[11].
b.      Inlandsche Officieren School (IOS)
Selain sekolah militer untuk mencetak para Prajurit dan Bintara, Pemerintah Hindia Belanda juga menyediakan sekolah untuk mencetak para Perwira Militer KNIL. Pada tahun 1852 dibukalah Sekolah Perwira Militer atau Indlandsche Officieren School di Meester Cornelis. Meester Cornelis ialah wilayah Jatinegara Jakarta saat ini.
            Sama seperti sekolah Hindia Belanda lainnya, prioritas pertama untuk sekolah perwira ini ialah untuk orang Belanda atau Indo-Belanda. Namun pribumi juga diperbolehkan asal mampu mengikuti seleksi. Dan tentunya karena ini adalah sekolah perwira, maka sebagian besar pribumi yang mendaftar berasal dari golongan ningrat/elite. Sebab agar dapat diterima menjadi calon kadet sekolah perwira ini, harus memiliki ijazah minimal MULO dan dikemudian hari ditingkatan menjadi AMS dan HBS minimal III tahun.
Lama pendidikan sekolah ini selama tiga tahun, dan apabila lulus akan mendapatkan pangkat Letnan II. Namun kedudukannya tetap lebih rendah dengan yang lulusan dari Koninklijk Militarie Academie (KMA) Breda, meskipun sama-sama Letnan II. Disinilah diskriminasi terjadi antara golongan eropa dan pribumi. Agar bisa disamakan dengan lulusan KMA, diadakan kursus lanjutan perwira di Batavia yang bisa diikuti setelah 2 tahun lulus dari Inlandsche Officieren School[12].
c.       Koninklijk Militarie Academie
Lahirnya Akademi Militer Kerajaan atau Koninklijk Militarie Academie (KMA)  di Hindia Belanda, sebenarnya tidak pernah direncanakan sebelumnya. Jika bukan karena Perang Dunia II KMA tidak akan pernah berdiri di Hindia Belanda. KMA merupakan akademi militer milik kerajaan yang terletak di Breda, Belanda. Tercatat ada 21 Pribumi yang berhasil sekolah di KMA Breda diantaranya mantan KSAU Suryadarma.
Koninklijk Militarie Academie (KMA) didirikan di Bandung pada 1 Oktober 1940. KMA Bandung sejatinya merupakan kelanjutan dari KMA Breda yang harus tutup karena Negeri Belanda sedang diduki Nazi Jerman pada Perang Dunia II. Sama seperti sekolah-sekolah Hindia Belanda, KMA juga memiliki sistem konkordansi. Yakni memaksa semua sekolah berorientasi barat mengikuti model sekolah di Netherland dan menghalangi penyesuaiannya dengan keadaan di Indonesia[13].
Didudukinya Negeri Belanda di Jerman membuat kesempatan belajar rakyat Indonesia semakin luas, sebab saat itu Hindia Belanda sedang mencari simpati dari rakyat. Untuk itu di KMA dibukalah program pendidikan perwira cadangan atau Corps Opleiding tot Reserve Offisieren (CORO). CORO dan KMA sebenarnya adalah dua program pendidikan yang berbeda. Kadet CORO belum tentu juga berarti kadet KMA. Karena bersifat perwira cadangan, maka kadet CORO hanya menerima pendidikan selama 9 bulan. Tapi dengan CORO inilah bisa menjadi batu loncatan agar diterima di KMA.
Meskipun begitu masuk CORO tidaklah mudah, hanya yang berijazah AMS atau HBS saja yang bisa diterima di CORO. Proses seleksi saja dilakukan secara ketat 2-3 bulan. Jika diterima kadet CORO akan mendapat pangkat Brigradir dan baru akan mengikuti pendidikan selama 9 bulan, pada tahap ini disebut tingkat pertama. Pada tingkat kedua diadakan seleksi lagi yang terpilih menjadi bintara-bintara militer atau Sersan. Tahap ketiga dilakukan seleksi lagi untuk memilih siapa yang terpilih untuk melanjutkan pendidikan menjadi kadet di KMA dan akan langsung duduk tingkat kedua/tahun kedua[14]. Yang tidak terpilih selebihnya menjadi pembantu letnan perwira. Setelah di KMA mereka akan menjalani pendidikan selama 2 tahun. Bila berhasil lulus akan dipromosikan menjadi calon perwira atau pembantu letnan.
Menurut TB Simatupang dalam Petrik Matanasi, pelajaran yang diberikan di KMA sama dengan daftar pelajaran di negeri Belanda, tentunya seluruhnya menggunakan Bahasa Belanda. Yang dipelajari antara lain pokok-pokok ilmu perang, strategi, taktik, dan juga pelajaran tentang pokok-pokok tugas tentara Belanda di Indonesia[15].
Lalu bagaimana bila mendaftar langsung ke KMA tanpa mengikuti CORO terlebih dahulu? Untuk dapat diterima di KMA, calon kadet harus memiliki kualifikasi pendidikan yang lumayan tinggi. Yakni lulusan HBS, AMS. Juga menerima dari lulusan Hogare Kweek School atau sekolah guru dan Middlebare Opleiding School voor Indlandsche School (MOSVIA) yakni sekolah menengah calon pegawai pangreh praja. Syarat usia dibatasi maksimal 20 tahun. Materi seleksi masuk sangat berat. Lama pendidikan yang ditetapkan adalah 3 tahun. Namun ini hanya perencanaan, sebab pada 1942 Jepang nyatanya telah berhasil menggantikan Hindia Belanda di Indonesia.
Menjadi anggota tentara KNIL ialah sebuah kebanggan tersendiri bagi seseorang, terlebih apabila dia berhasil menjadi Perwira. Gajinya juga terbilang lumayan. TB Simatupang menjelaskan, bahwa keinginannya masuk dalam kemiliteran KNIL dan menjadi perwira adalah jawaban untuk menepis anggapan gurunya dahulu saat di AMS. Sang guru menyebutkan orang Indonesia tidak bisa berperang dan anggapan Indonesia tidak akan pernah merdeka karena tidak mampu membangun angkatan perang yang baik dan menjaga persatuan[16].
d.      Sekolah atau Institusi Pendidikan Militer dan Kepolisian Lain
Selain Langverband dan Kortverband, serta IOS dan KMA. Juga ada program pendidikan Wajib Militer Belanda yang dinamakanNederlanndsche Militaire Militie atau Milisi Tentara Belanda. Lama pendidikan selama enam bulan dan dilakukan di Magetan Jawa Timur. Pengadaan program wajib militer ini dilakukan saat Perang Asia Pasifik yang merupakan bagian dari Perang Dunia II sudah dekat, yakni pada tahun 1941-1942. Lulusan dari Wajib Militer ini akan ditempatkan untuk mempertahankan objek-objek vital dan pemerintahan Hindia Belanda[17].
Keseriusan Pemerintah Hindia Belanda dalam mempertahankan Nusantara terutama dari ancaman dalam negeri, tidak hanya ditanggapi dengan membentuk dan melatih orang-orang pribumi dalam berbagai program atau sekolah militer. Namun juga dengan pembentukan Sekolah Kepolisian. Polisi Hindia Belanda meskipun dibawah Departemen Dalam Negeri, tapi tergadang juga diikutsertakan dalam pemadaman pemberontakan namun dalam skala kecil di perkotaan. Selain itu instruktur dan kepala kepolisian juga tidak sedikit diambil dari eks-KNIL.
Sekolah Kepolisian atau Politie School. Sekolah kepolisian dibentuk pada tahun 1914 di Weltevreden (Jatibaru, Jakarta) dengan tujuan awal sebenarnya untuk menyelenggarakan kursus dua tahun bagi calon komisaris polisi yang akan ditempatkan di kepolian kota yang baru dibentuk di Surabaya, Semarang, dan Batavia[18]. Untuk polisi-polisi dengan pangkat rendahan biasanya dilatih di kota atau Gubernemen masing-masing. Pada tahun 1915 sekolah ini mulai menyelenggarakan kursus setahun untuk calon pengawas polisi politieopziener. Pada tahun 1919 sekolah ini mulai menerima siswa untuk semua tingkat kepangkatan kepolisian. Hal ini karena melihat ekspektasi semakin banyaknya minat mendaftar ke kepolisian. Pada akhir tahun 1920 sekolah pindah ke Buitenzorg (Bogor).
Corak dualism pendidikan Belanda kembali terulang di Sekolah Kepolisian, pada 1922 sekolah tersebut dipisah menjadi dua bagian. Bagian pertama yakni dimaksud untuk menyediakan personel perwira menengah hingga pangkat paling bawah, seperti agen polisi, komandan pos jaga, kepala polisi, dan mantra polisi. Sedangkan bagian kedua dikhususkan untuk golongan eropa untuk mencetak perwira menengah dan perwira tinggi dengan jabatan komisaris dan polisi pengawas. Pada 1925 sekolah kepolisian untuk sekali lagi pindah ke Sukabumi[19].
Agar bisa diterima di sekolah kepolisian, seorang pribumi harus memiliki ijasah HIS atau ELS untuk polisi non perwira. Tinggi minimal 1, 58 meter dan berusia minimal 21 tahun. Untuk perwira syaratnya lebih berat, minimal mereka harus memiliki ijazah AMS atau HBS. Pelajaran yang diberikan antara lain mengenai hukum, geografi, bahasa dan etnografi, mata pelajaran populer seperti sejarah dan teknik. Tak lupa pula diberikan pelajaran semi militer seperti latihan menembak dan persenjataan, termasuk pelajara mengenai instruksi dan komando. Hal ini semakin jelas bahwa Polisi Hindia Belanda memang dipersiapkan sebagai lapis kedua dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara[20].
Masih ada satu sekolah lagi, bahkan setingkat perguruan tinggi yang dibuka oleh Hindia Belanda menjelang masuknya Jepang pada 1942. Pada 2 Desember 1940 Jenderal Ter Poorten meresmikanHogare Krijgsschool (HKS) atau perguruan tinggi kemiliteran di Bandung. Latar belakang dibukanya HKS di Bandung sama seperti saudaranya, KMA. Yakni karena Negeri Belanda sedang diduki Nazi Jerman. HKS sebelumnya berada di Den Haag Belanda dan harus dipindahkan ke Hindia Belanda[21].

Sumber Pustaka:

[1] Supriya Priyanto, Sejarah Militer. Semarang, Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UNDIP, 1994, hlm. 13
[2] Petrik Matanasi, KNIL Bom Waktu Peninggalan Belanda. Yogyakarta,Media Pressindo, 2007, hlm. 11
[3] Supriya, op.cit. hlm. 13.
[4] Petrik, op.cit. hlm. 19
[5] Supriya, loc. cit.
[6] Petrik, loc. cit. hlm. 21
[7] Ibid. hlm. 27.
[8] Iwan Santosa. Legiun Mangkunegaran 1808-1942: Tentara Jawa Perancis Warisan Napoleon Bonaparte. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2011, Hlm 341.
[9] Loc.cit. hlm. 22.
[10] Ibid., hlm. 103
[11] Ibid.,
[12] Ibid., hlm. 66
[13] Nasution. Sejarah Pendidikan Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara, 1994. Hlm. 145.
[14] op. cit. hlm. 92
[15] Ibid., op. cit. hlm. 94
[16] Profil Let. Jen. (Purn) TB. Simatupang. Di download dariwww.sejarahtni.org tanggal 11 Juni 2014
[17] Op. cit. Hlm. 101-102
[18] Marieke Bloembergen. Polisi Zaman Hindia Belanda. Jakarta: Kompas Gramedia, 2009, Hlm. 256
[19] Ibid.
[20] Ibid., hlm. 259-260, dan 264.
[21] Op. cit. hlm. 100.



Unit Kavaleri KNIL (Dokumentasi Istimewa)
SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis yang seperlunya!

shAre

Entri Populer